Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Hidup dalam Damai 



Hidup dalam Damai 

0Hari keempat, demam pada tubuh Gu Xiaoran berangsur-angsur turun dan dia pun mulai kembali sadar. Saat sudah sadar, Gu Xiaoran tiba-tiba mengerutkan keningnya karena dia merasa mulutnya penuh dengan darah.      
0

Suara Mo Qing yang jernih dan dingin tiba-tiba terdengar dari sebelahnya, "Sudah bangun?"     

Ketika mendengar suara Mo Qing yang lembut dan datar itu terdengar, Gu Xiaoran pun merasa lega. Ternyata dia masih hidup. Batinnya.     

Dengan spontan Gu Xiaoran langsung menoleh ke arah di mana sumber suara itu datang.     

Saat itu Mo Qing sedang duduk dengan santai di sebelahnya, raut wajahnya tampak acuh seperti biasanya, tapi diselimuti aura kharismatik yang alami. Mo Qing sedang membuka laptop di pangkuannya sembari mengerjakan dokumen dengan mengenakan pakaian pasien yang memperlihatkan perban kecil di tangannya.     

Mo Qing menyadari bahwa Gu Xiaoran sedang memperhatikannya, namun dia tidak menanggapinya. Kemudian Mo Qing pun menoleh ke arah Gu Xiaoran yang sedang menatap pergelangan tangannya yang diperban.     

Mo Qing menyingkirkan laptopnya, lalu dia memegang pinggangnya dan tangan yang satunya lagi memegang lututnya, lalu dia pun memeluk Gu Xiaoran, "Setelah berbaring begitu lama, saatnya bangun untuk sedikit bergerak."     

"Di mana ini?" Kata Gu Xiaoran sembari mencium bau ruangan rumah sakit yang sudah disterilkan.     

"Rumah sakit!"     

Seketika Gu Xiaoran langsung menyadari sesuatu. Seingatnya rumah sakit memiliki tempat tidur tunggal, tapi yang dilihatnya ini jelas-jelas dia sedang berbaring di tempat tidur yang besar.     

Lagi pula, jika ini adalah ruang VIP rumah sakit dengan fasilitas tempat tidur besar, tetapi saat ini Mo Qing sedang sakit, bukankah seharusnya rumah sakit memberi kami tempat tidur yang terpisah untuk masing-masing orang?     

Kemudian Mo Qing memberikan bantal untuk menyangga punggungnya, supaya Gu Xiaoran bisa bersandar lebih nyaman. Lalu Mo Qing beranjak dari tempat tidur, dan pergi mengambil air hangat untuk diberikan kepadanya, "Untuk kumur!"     

Hingga saat ini mulut Gu Xiaoran masih bau darah, dia mengira itu adalah bau sisa darah yang dimuntahkan ketika dia tertimpa reruntuhan. Meskipun dia masih kesakitan, tapi dia tidak terbiasa dirawat oleh orang lain seperti ini, jadi dia berusaha bangun dari tempat tidur.     

"Jangan bergerak sembarangan!" Kata Mo Qing sembari menyandarkan Gu Xiaoran di lengannya, supaya Gu Xiaoran tidak terlalu memaksakan diri untuk bangun.     

Tindakan Mo Qing yang romantis ini membuat Gu Xiaoran merasa sedikit bingung. Bahkan tangan Mo Qing memegang bahunya begitu erat, hingga membuatnya tidak bisa bergerak. Sehingga Gu Xiaoran hanya bisa pasrah bersandar ke lengannya untuk berkumur.     

Mo Qing mengambil cangkir kumur dan menuangkan air hangat, lalu dia duduk di tepi tempat tidur dan menyuruh Gu Xiaoran bersandar di lengannya lagi sembari menyerahkan cangkir air kepadanya.     

Saat Gu Xiaoran minum air tersebut, matanya tidak berkedip saat dia melihat wajah Mo Qing yang tampan di hadapannya. Gu Xiaoran merasa apa yang dilihat dan dirasakannya saat ini tidak nyata, rasanya seperti sedang bermimpi.     

"Berapa lama aku tertidur?"     

"Empat hari."     

Gu Xiaoran melihat bahwa saat ini kedua mata Mo Qing tampak merah. Apakah dia tidak tidur selama dua hari? Batinnya.     

"Apakah lukanya terasa sangat sakit?" Kata Mo Qing sembari jari-jarinya menyapu helaian rambut yang terurai di sudut mulutnya.     

"Tidak terlalu sakit." Kata Gu Xiaoran sambil menggelengkan kepalanya, tenggorokannya terasa sangat kering, sehingga dia pun minum air yang diberikan oleh Mo Qing itu dengan tergesa-gesa.     

"Minum lah pelan-pelan, nanti kamu tersedak." Kata Mo Qing sambil menunggunya selesai minum air yang cukup. Ibu jari Mo Qing dengan lembut menyeka tetesan air yang tersisa di sudut mulutnya.     

Kemudian Mo Qing berkata sekali lagi, "Cederamu tidak terlalu serius, tetapi ada pendarahan di dalam. Saat itu kita terjebak di dalam terowongan, ada gumpalan darah membeku di dadamu, sehingga menyebabkan peradangan. Sekarang gumpalan darah beku itu sudah dihilangkan. Ketika peradangan telah benar-benar mereda, kamu baru bisa keluar dari rumah sakit."     

Mo Qing mengatakannya dengan santai, padahal saat dua hari dia terjebak di dalam terowongan itu dia benar-benar sangat cemas.     

Setelah diselamatkan, Gu Xiaoran tidak sadarkan diri seharian dan hal itu membuat Mo Qing tidak bisa beristirahat dengan tenang. Sehingga Mo Qing juga tidak bisa tidur nyenyak selama empat hari penuh.     

Dengan kedua bola matanya yang hitam, Gu Xiaoran menatapnya dalam-dalam. Seketika perasaannya bercampur aduk, namun dia sendiri juga tidak tahu apa yang sesungguhnya dirasakannya saat ini.     

Ketika Gu Xiaoran masih berada di Amerika Serikat selama satu setengah tahun, dia selalu melihat berita tentang Mo Qing di berbagai media yang membuat dirinya patah hati. Dan hal itu membuatnya memiliki keinginan untuk mati saat itu juga.     

Gu Xiaoran tidak pernah membayangkan bahwa mereka akan menghabiskan waktu dengan cara yang begitu romantis seperti ini.     

Gu Xiaoran memperhatikan Mo Qing yang meletakkan cangkir di atas meja, kemudian dia melirik ke belakang sembari berkata, "Rambutnya ada di sakuku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.